Sabtu, 07 Juni 2008

Refleksi Kebangkitan Nasional

REFLEKSI 100 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL

“Saatnya Perubahan Sistemik Melawan Neoimperialisme Menuju Kemandirian”

Seabad sudah tonggak cita-cita bangsa ditancapkan dan panji-panji kebangkitan dikibarkan. Namun nyatanya realitas hari ini tidak sesuai dengan harapan. Berbagai bencana dan krisis silih berganti menyapa bangsa Indonesia. Meski telah lebih 100 tahun semangat kebangkitan itu ditiupkan, rakyat belum terbebas dari berbagai kesulitan. Malah ada kecenderunagn penderitaan itu semakin menjadi-jadi. Hidup dirasakan semakin berat, meski hanya untuk sekedar mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Di bidang ekonomi, kemiskinan semakin sudah begitu identik denhan kondisi masyarakat Indonesia. Hingga Maret 2007, BPS mencatat 37,17 juta orang berada dalam garis kemiskinan dan ini akan semakin meningkat tajam jika menggunakan standar kemiskinan yang diterapkan oleh Bank Dunia. Disisi lain, kebijakan pemerintah sangat jauh dari keberpihakannya pada rakyat. Alih-alih mengentaskan kemiskinan, pemerintah justru menaikkan BBM ditengah besarnya beban ekonomi yang ditanggung oleh rakyat dengan alasan menyelamatkan APBN akibat harga minyak mentah dunia tanpa melihat alternatif lain seperti pengembalian dana BLBI, penjadwalan pembayaran utang, penghematan belanja negara, pemanfaatan dana APBD yang mengendap di BI dan nasionalisasi eksplorasi energy dan mineral. Di samping itu, pemerintah juga disibukkan oleh kebijakan-kebijakan pro-neoimperialis seperti privatisasi BUMN dan sektor-sektor strategis.

Di bidang sosial, kondisi rakyat sangat memprihatinkan. Gelombang serangan budaya (ghatsul tsaqafi) kapitalistik sekuler dengan berbagi macam bentuknya seperti pluralisme, HAM, demokrasi, hedonisme, liberalisme, dll, telah menjadikan rakyat kehilangan identitas diri sebagai bangsa berpenduduk muslim terbesar.

Di bidang politik dan hankam, Indonesia saat ini tak lebih dari hanya sebagai negara jongos yang tunduk pada kaum neoimperialis. Dalam pergaulan internasional, Indonesia hanya mampu membebek kebijaksanaan global yang penuh ketidakadlian dan ketidaksetaraan tanpa adanya perlawanan sedikitpun. Bahkan untuk menjaga kehormatan dan kedaulatan dlam negeri pun (misal NAMRU 2) Indonesia tidak mampu.

Sepuluh tahun upaya pemerintah dan berbagai elemen bangsa untuk melakukan perbaikan berupa agenda reformasi telah terbukti tidak membaw perubahan untuk menjadi lebih baik, bahkan kondisi Indonesia saat ini lebih terpuruk dan memprihatikan.

Maka dari itu marilah kita sebagai umat muslim bangkit dan sadarlah untuk :

1. Menolak cara-cara kapitalistik sekuler dalam pengelolaan negara diberbagai bidang.

Sudah saatnya sistem kapitalistik sekuler yang selama ini mencengkeram Indonesia dan menimbulkan kesengsaraan rakyat harus ditinggalkan. Campur tanagn asing (secara bilateral, maupun lembaga internasional seperti IMF, Bank Dunia, PBB dan lainnya) dengan memaksakan kebijaksanaan politik, ekonomi, sosial, dan hankam terbukti menjadikan negeri ini semakin terpuruk dan menyengsarakan rakyat juga harus ditinggalkan. Lebih dari 100 tahun sisitem kapitalisme-sekuler diterpkan di Indonesia gagal membawa negeri ini ke arah yang lebih baik. Sebaliknya menmbah penderitaan rakyat. Itu adalah bukti bahwa kapitalisme-sekulerisme adalah sistem yang buruk dan campur tangan asing bukanlah malaikat penolong yang membawa keselamatan, melainkan justru semakin mempurukkan kita.

2. Menyerukan kepada seluruh elemen bangsa untuk berhenti kepada perbaikan parsial dan tidak fundamental (reformasi) melainkan dengan bersungguh-sungguh melakukan perubahan total dan mendasar yaitu pada pergantian sistem status quo (kapitalistik-sekuler) kepada sistem Islam.

3. Menyerukan kepada seluruh elemen bangsa khususnya umat Islam untuk sungguh-sungguh berjuan menrapkan Islam sebagai suatu sistem kehidupan.

Sistem inilah yang dijamin akan membawa kerahmatan bagi seluruh negeri. Kita harus menolak sistem sekuler dalam sema aspek kehidupan yang selama ini terbukti gagal mencitakan tatanan yang lebih baik. Bila Sosialisme telah gagal, kapitalisme demikian juga, kemana lagi kita akan menuju bila tidak kepada Islam?


Aliansi Pemuda dan Mahasiswa untuk Kebangkitan Islam

Jakarta, 18 Mei 2008

Tidak ada komentar: